Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Lahirnya Kerajaan Mataram Kuno di Indonesia

Sejarah Lahirnya Kerajaan Mataram Kuno di Indonesia  


Salam sahabat pendidikan sekalian, Berikut ini merupakan artikel yang secara khusus akan membahas satu persatu kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang diharapkan dapat menjadi pedoman anda didalam belajar dan menyelesaikan tugas-tugas anda, berikut dibawah ini adalah ulasannya : 

Lahirnya kerajaan –kerajaan yang bercorak hindu-buddha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan hindu-buddha di Indonesia. Pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan  hindu-buddha di kepulauan Indonesia berkembang dengan pesat. 

- Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan ini berdiri pada abad ke 8. Kerajaan ini diperintah oleh dua dinasti, yaitu dinasti sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Sailendra yang beragama Buddha. Kedua dinasti ini saling mengisi pemerintahan dan kadang-kadang memerintah bersama-sama.

Sumber sejarah kerajaan Mataram Kuno diperoleh dari prasasti peninggalannya. Prasasti tersebut diantaranya adalah prasasti canggal, prasasti kalasan, prasasti ligor, nalanda, klurak dan prasasti mantyasih.

Kehidupan politik kerajaan mataram kuno diwarnai pemerintahan dua dinasti yang silih berganti. Berdasarkan prasasti canggal, diketahui Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, kemudian digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Raja sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat aman dan tentram. Hal ini terlihat dari prasasti canggal yang menyebutkan bahwa tanah jawa kaya akan padi dan emas. Setelah Raja Sanjaya, Mataram kuno diperintah oleh Rakai Panangkaran. Dalam prasasti kalasan disebutkan bahwa Rakai Panangkaran telah memeberikan hadiah tanah  dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Buddha. Tanah dan banguan tersebut terletak dikalasan. Hal ini menunjukkan bahwa Rakai Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha.
Sepeninggal Rakai Panangkaran, Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Satu pemerintahan dipimpin oleh keluarga Sanjaya yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah jawa bagian selatan. Satu pemerintahan lagi dipimpin oleh keluarga Syailendra yang menganut agama Buddha berkuasa di daerah jawa bagian utara.  Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti canggal dan prasasti Mantyasih. Adapun raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda dan prasasti Klurak.

Kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia Bag.4 ( Kerajaan Mataram Kuno )
Kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia Bag.4 ( Kerajaan Mataram Kuno )

Perpecahan tersebut tidak berlangsung lama. Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya mengadakan perkawinan dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Melalui perkawinan ini, Mataram kuno dapat dipersatukan kembali. Pada masa pemerintahan Pikatan-Pramodhawardhani, wilayah mataram berkembang luas, meliputi jawa tengah dan timur. Sepeninggal Rakai Pikatan, Mataram kuno di perintah oleh Dyah Balitung. Ia memerintah pada tahun 898-911 M. pada masa pemerintahannya Mataram mencapai puncak kejayaan.

Raja-raja yang memerintah Mataram kuno selanjudnya, yaitu Raja Daksa memerintah pada tahun 910-919 M, Raja Tulodong memerintah tahun 919-924 M, dan Sri Maharaja Rakai wawa memerintah tahun 924-929 M. pada masa pemerintahan Sra Maharaja Rakai wawa terjadi bencana meletusnya gunung merapi yang memporak-porandakan daerah jawa tengah. Melihat situasi kerajaan tidak aman, Mpu Sindok sebagai Pejabat dalam pemerintahan Sri Maharaja Rakai wawa memindahkan pusat kerajaan ke jawa timur. Selain terjadinya bencana alam, perpindahan ini disebabkan oleh serangan-serangan dari sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram Kuno makin terdesak kewilayah timur.

Kehidupan ekonomi masyarakat Mataram kuno bersumber dari usaha pertanian karena letaknya dipedalaman. Selain pertanian, masyarakat mataram kuno juga mengembangkan kehidupan maritime dengan memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.

Dalam bidang kebudayaan, mataram kuno banyak menghasilkan karya berupa candi dan stupa. Keluarga sanjaya yang beragama hindu meninggalkan candi-candi seperti kompleks candi Dieng, Gedongsongo dan Candi Prambanan. Adapun keluarga Syailendra yang beragama Buddha meninggalkan stupa seperti Borobudur, Mendut dan Pawon.

Demikianlah penjelasan singkat diatas yang membahas  mengenai kerajaan hindu-buddha di Indonesia dan semoga bermanfaat bagi sahabat pendidikan sekalian serta sukses selalu menyertai anda. 

Terimakasih semoga bermanfaat 
Sumber : KEMENDIKBUD