Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Lahirnya Kerajaan Medang di Indonesia

Sejarah Lahirnya Kerajaan Medang di Indonesia  


Salam sahabat pendidikan sekalian, Berikut ini merupakan artikel yang secara khusus akan membahas satu persatu kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang diharapkan dapat menjadi pedoman anda didalam belajar dan menyelesaikan tugas-tugas anda, berikut dibawah ini adalah ulasannya : 

Lahirnya kerajaan –kerajaan yang bercorak hindu-buddha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan hindu-buddha di Indonesia. Pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan  hindu-buddha di kepulauan Indonesia berkembang dengan pesat.

- Kerajaan Medang

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Mpu sindok memindahkan ibu kota kerajaan mataram dari jawa tengah ke jawa timur. Ibu kotranya terletak didekat jombang ditepi sungai Brantas. Selanjudnya, Mpu Sindok ini mendirikan dinasti baru yang bernama dinasti Isyana menggantikan dinasti Syailendra.

Sumber sejarah yang berkenaan dengan kerajaan medang di jawa timur antara lain prasasti Pacungan, Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, sirahketing, wurara, semangaka, Silet, Turun Hyang, dan Prasasti Gandhakuti. Sumber yang lain adalah berita dari india dan cina.

Pendiri kerajaan mataram (di jawa timur) adalah Mpu Sindok sekaligus sebagai raja pertama dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa. Mpu sindok memerintah tahun 929-948 M. setelah Mpu Sindok meninggal, ia digantikan oleh anak perempuannya bernama Sri isyanatunggawijaya. Ia menikah dengan Sri Lokapala dan dikaruniai seorang Putra yang bernama Sri Makutawang Swardhana yang kemudian naik tahta menggantikan ibunya.

Sri Makutawang Swardhana digantikan oleh Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama. Berdasarkan berita dari cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya mematahkan Monopoli perdagangan Sriwijaya akan tetapi upaya ini mengalami kegagalan.
Pada tahun 1016, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Diduga penyerangan ini terjadi atas dorongan kerajaan Sriwijaya. Serangan ini terjadi pada saat Dharmawangsa sedang melakukan Perkawinan antara putrinya dengan Airlangga, putra raja Udayana dari Bali. Peristiwa ini menewaskan seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa sendiri. Hanya Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri. Bersama seorang pengikutnya yang bernama Norotama, Airlangga bersembunyi di Wonogiri ( hutan gunung ) dan hidup sebagai seorang petapa.

Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja menggantikan Dharmawangsa oleh para pendeta Buddha. Ia segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya. Airlangga membantu sriwijaya ketika  diserang raja colamandala dari india selatan. Selanjudnya rahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga juga memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.

Kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia Bag.5 ( Kerajaan Medang )
Kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia Bag.5 ( Kerajaan Medang )

Pada tahun 1042, Airlangga menyerahkan kekuasaannya pada putrinya yang bernama Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya menolak dan memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Selanjudnya Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan, yaitu Panjalu dengan ibu kota Daha dan Janggala yag beribu kota di Kahipura. Hal tu dilakukan untuk encegah terjadinya perang saudara antara kedua putranya yang lahir dari selir.

Kehidupan ekonomi kerajaan medang banyak bergantung pada pelayaran dan perdagangan. Kerajaan sriwijaya menjadi saingan berat bagi kerajaan medang karena waktu itu sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut india-indonesia-cina. Hal inilah yang menyebabkan raja Dharmawangsa berusaha mematahkan monopoli perdagangan sriwijaya. Selanjudnya pada masa pemerintahan Airlangga, pelabuhan hujung galuh dimuara kali Brantas diperbaiki. Pelabuhan ini kemudain menjadi bendar perdagangan yang ramai. Banyak pedagang asing singgah di kedua pelabuhan itu, seperti pedagang dari india, Burma, kamboja dan champa. Selain itu, dibangun pula bendungan Waringin Sapta. Bendungan ini bergunu untuk mengairi sawah-sawah penduduk dan mencegah luapan kali brantas yang mengganggu aktifitas perdagangan.

Bidang sastra juga mendapat perhatian, pada masa pemerintahan Dharmawangsa, kitab mahabarata disadur dalam bahasa jawa kuno. Selanjudnya pada masa pemerintahan Airlangga, Mpu Kanwa mengubah kitab Arjunawihaha.

Demikianlah penjelasan singkat diatas yang membahas  mengenai kerajaan hindu-buddha di Indonesia dan semoga bermanfaat bagi sahabat pendidikan sekalian serta sukses selalu menyertai anda. 

Terimakasih semoga bermanfaat 
Sumber : KEMENDIKBUD