Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial.
Sahabat pendidikn sekalian, sebelumnya kita telah membahas mengenai pengertian moblitas social dan contohnya maka kali ini kita akan melanjudkannya dengan membahas tentang factor pendorong dan penghambat mobilitas social dan berikut ulasannya !
Dalam setiap masyarakat, kecenderungan mengalami mobilitas social berbeda-beda. Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas social tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas social, mengapa demikian?
1. Factor pendorong terjadinya mobilitas social, yaitu :
- Factor Stuktural
Kalian tentu mengenal semua presiden yang pernah memerintah Republik Indonesia, seperti Sukarno, Suharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudoyono, dan Joko Widodo. Ketujuh tokoh Indonesia tersebut berhasil mencapai status social berupa jabatan politik yang tinggi. Kedudukan yang tinggi bukan lagi didasarkan pada factor keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin. Rakyat biasa sebagai mana ketujuh tokoh di atas menjadi presiden bukan karena mereka keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat. Hal ini tentu berbeda dengan system pemerintahan kerajaan di mana pengganti raja adalah keturunan sang raja sendiri.
Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas social setinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian berasal dari golongan kurang mampu maka janganlah berkecil hati. Banyak contoh tokoh Indonesia yang berasal dari keluarga miskin. Kalian tetap dapat mengejar cita-cita setinggi-tingginya karena mobilitas masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi. Memang keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas social. Anak orang kaya mudah memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin. Namun, pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kagigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak orang kaya yang tiba-tiba miskin karena terlena dengan kekayaan lantas menjadi santai dalam menjalani hidup.
- Faktor Individu
Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relative setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas social ke atas. Hal ini disebabkan kaberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut. Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar pekerjaan disuatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup. Kalian dapat menemukan berbagai contoh perbedaan individu orang-orang di sekitar tempat tinggalmu, yang memengaruhi peluang mereka mengalami mobilitas social ke atas.
- Faktor Sosial
Setiap perjuangan diawali dengan ketidak puasan. Ketidakpuasan akan status social mendorong manusia untuk terus berjuang segigih-gigihnya. Setiap manusia dilahirkan dalam status social yang dimiliki orang tuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ada satu manusiapun yang dapat memilih status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan social yang lebih tinggi.
Kalian juga ingin meningkatkan status social kalian. Orang tua kalian juga selalu berpesan agar senantiasa belajar lebih giat sebab mereka berharap suatu hari nanti kalian lebih berhasil dari orang tua kalian.
- Fraktor Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas social. Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas social. Kalian dapat memperhatikan berbagai fenomena masyarakat disekeliling kita. Masyarakat yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas social. Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya, preoritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.
- Faktor Politik
Bangsa Indonesia patut bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik. Kondisi Negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950. Pada masa tersebut, situasi politik dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehigga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan Negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini jelas memengaruhi mobilitas social warga Negara.
- Kemudahan dalam Akses Pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit didapatkan bangsa Indonesia, akibatnya masyarakat terkungkung dalam kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa. Penduduk Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan jepang tidak lebih dari 10 %. Kalian dapat memperkirakan pada masa belanda, buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar.
Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang? Kalian patut bersyukur karena rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan. Apabila kalian inginkan pendidikan yang setinggi-tingginya, Negara telah menyediakan berbagai kemudahan. Untuk pendidikan SD dan SMP, Negara telah membebaskan biaya dasar pendidikan. Walaupun demikian, tentu bukan pendidikan gratis, sebab kalau ingin mutu pendidikan semakin baik, tentu diperlukan biaya yang tinggi juga. Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa daerah juga telah membebaskan biaya pendidikan. Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan swasta memberikan banyak beasiswa.
Bagaimana dengan pendidikan diperguruan tinggi? Selain dengan berbagai beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan, pemerintah juga menyediakan beasiswa yang diberikan pada saat mahasiswa mendaftar di perguruan tinggi. Beasiswa yang diluncurkan sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tersebut bernama BIDIKMISI ( Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi ). Apa bila berasal dari keluarga kurang mampu, kalian dapat mendaftar diri di perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa BIDIKMISI. Semua biaya kuliah dan biaya hidup selama studi akan tanggung Negara.
Selain memahami berbagai factor yang mendorong terjadinya mobilitas social, kalian juga perlu memahami beberapa factor penghambat mobilitas social. Beberapa factor pendorong yang telah kalian pelajari diatas juga merupakan factor penghambat mobilitas social jika kondisinya dibalik, sebagai contoh pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas social apabila system pendidikan bersifat terbuka masih seperti di Indonesia pada masa sekarang. Apabila system pendidikan seperti pada masa penjajahan, mobilitas social masyarakat pasti akan terhambat.
2. factor penghambat mobilitas social adalah sebagai berikut :
a. Kemiskinan
factor ekonomi dapat membatasi mobilitas social. Bagi masyarakat miskin, mancapai status social tertentu merupakan hal yang sangat sulit. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.
Saat ini Negara Indonesia masih memiliki penduduk miskin kurang lebih 12 %. Hal ini menjadi hambatan dalam mobilitas social. Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyaakat akan mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan mobilitas.
b. Diskriminasi
Diskriminasi berarti perbedaan perlakuan karena alasan perbedaan bangsa, suku, ras, agama, golongan,. Pada masa penjajahan, terjadi Diskriminasi Pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat keturunan eropa dan masyarkat Indonesia. Dalam memperoleh pendidikan, masyarakat indoneisa disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang eropa. Hal ini tentu mempersulit mobilitas social rakyat Indonesia.
Demikianlah penjelasan diatas dan semoga bermanfaat untuk anda serta terimakasih atas segenap waktunya.
Sumber : KEMENDIKBUD-Jakarta_2017