Pengertian Konflik, Faktor Penyebab, Akibat dan Cara Menangani Konflik
Pengertian Konflik, Faktor Penyebab, Akibat dan Cara Menangani Konflik
Pembelajaranmu.com. Salam sahabat Pendidikan sekalian dimanapun berada. Sesuai judul diatas maka kiata akan membahas mengenai pengertian dari Konflik, Apa faktor penyebab konflik, Akibat dari konflik serta bagaimana menangani konflik itu sendiri dan berikut ulasannya !
- Pengertian Konflik
Menurut Pendapat dari Robert M.Z Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dengan tujuan tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik terjadi karena benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam rangka memperebutkan sumber-sumber kemasyarakatan ( Ekonomi, Politik, Sosial, dan Budaya ) yang relatif terbatas.
Menurut Kartono, konflik merupakan proses sosial yang bersifat antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan karena kedua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan sturktur nilai yang berbeda, yang tercerbin dalam berbagai bentuk perilaku perlawaan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan.
Siapa saja yang dapat melakukan konflik? semua orang dapat terlibat dalam konflik. Kalian mungkin pernah mendengar atau membaca berita tentang pertengkaran antar teman di sekolah. Kejadian ini digolongkan dengan konflik antar individu. Adapun konflik antar majikan dan buruh dapat dimasukkan dalam kategori konflik individu dengan kelompok. Contohnya adalah konflik antara pedagang kaki lima dengan para petugas ketertiban. konflik bahkan dapat terjadi dalam skala yang lebih luas misalnya konflik antar kelompok atau konflik antar suku bahkan antarbangsa atau antarnegara. Perjuangan Negara Palestina melawan penguasa Israel pada saat sekarang merupakan salah satu bentuk konflik antarnegara.
- Faktor-faktor Penyebab Konflik Sosial
1. Perbedaan Individu
Manusia adalah individu yang unik. Jangankan manusia yang berbeda orang tua, suku, dan ras. Manusia yang lahir dalam satu rahim pun memiliki banyak perbedaan. Walaupun secara fisik sekilas sama, seperti dalam kasus bayi kembar, belum tentu pendirian dan perasaan kedua kembar tersebut sama. Perbedaan menjadi faktor penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Sebagai contoh, para siswa dalam satu kelasmu pasti berbeda tanggapannya ketika mendengar musik saat belajar. Ada yang merasa terganggu karena suara musik tersebut, ada pula yang justru merasa terhibur.
2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Orang dibesarkan dlaam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkup yang lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan bisa saja memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbda-beda. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik sosial, sebab kriteria tentang sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, atau bahkan berguna -atau tidak berguna sesuatu baik itu benda fisik maupun nonfisik bisa berbeda-beda.
3. Perbedaan Kepentingan
Sebagai contoh, Pembangunan bandara di Kulonprogo, yogyakarta. Pemerintah yakin bahwa pembangunan bandara akan meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun, sebagaian masyarakat tidak setuju karena khawatir lahan pertanian akan hilang, ganti rugi kurang jelas, dan berbagai alasan lainnya. Peristiwa ini menggambarkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah menghadapi berbagai kelompok yang memiliki kepentingan berbeda.
Bentrokan kepentingan dapat terjadi dibidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antarkelompok atau antarkelompok dan individu.
4. Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat
Perundang-undangan atau peraturan yang sifatnya mengubah kebiasaan masyarakat biasanya dilakukan melalui berbagai kajian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak kaget dengan perubahan yang tiba-tiba terjadi. Sebagai contoh, Peraturan merokok ditempat umum. Pemerintah tidak langsung memberlakukannya diseluruh masyarakat Indonesia, tetapi dibeberapa tempat yang terbatas terlebih dahulu, lalu perlahan terus meluas dalam rangka memberi kesempatan masyarakat untuk memahami peraturan tersebut. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan menyebabkan konflik sosial. Suatu konflik memiliki kecenderungan atau kemungkinan untuk mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut.
Berikut ini merupakan akibat terjadinya konflik sosial :
a. Meningkatnya Solidaritas Sesama Anggota Kelompok
- Dalam kasus peristiwa pertempuran Surabaya, para pejuang tidak menghiraukan perbedaan suku, agama, organisasi politik, dan sebagainya. Mereka bahu-membahu melawan penjajah Inggris ( Sekutu ). Terjadinya konflik dengan kelompok lain justru dapat meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok in-group solidarity ) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
b. Retaknya Hubungan Antarindividu atau Kelompok
- Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dapat menimbulkan keretakan hubungan. Keretakan tersebut dapat terjadi sementara atau permanen. Kalian mungkin pernah konflik dengan teman kalian yang menyebabkan dalam beberapa aktu tidak terjalin hubungan yang baik. Namun, karena kemudian saling menyadari kesalahan, kalian akhirnya saling memaafkan.
c. Terjadinya Perubahan Kepribadian Para Individu
- Perubahan kepribadian dapat terjadi pada kedua belah pihak yang mengalami konflik. Kedua pihak saling menyesuaikan atau justru masing-masing mempertahankan kebenaran yang diyakini.
d. Rusaknya Harta Benda dan Bahkan Hilangnya Nyawa Manusia
- Konflik yang berujung pada kekerasan fisik dapat mengakibatkan kerusakan dan hilangnya nyawa manusia. Sebagai contoh, konflik yang diakhiri dengan peperangan.
e. Terjadinya Akomodasi, Dominasi, Bahkan Penaklukan Salah Satu Pihak yang Terlibat dalam Pertikaiaan.
1. Menghindar
- Kadang orang merasa tidak ada menfaatnya melanjudkan konflik dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan keyakinan bahwa ia tidak akan menang menghadapi konflik. Dalam hal ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan orang lain. Orang ini berusaha menjauhi masalah yang menimbulkan konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya.
2. Memaksakan Kehendak
- Teradapat individu atau kelompok yang memandang bahwa pendapatnya atau idenyalah yang paling benar. Oleh karena itu, dengan segala cara, konfli harus berakhir dengan kemenangan dipihaknya. Karena itu, mereka berusaha menguasai lawan-lawannya dan memaksa lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting, sedangkan hubungan denga orang lain kurang begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Ia tidak peduli apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya atau tidak. Ia mengnggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara satu pihak harus menang.
3. Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang Lain.
- Terdapat individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. Ia merasa bahwa konflik harus dihindari demi keserasian ( harmoni ) dan ia yakin bahwa konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia khawatir apabila konflik berlanjud, seseorang akan terluka dan hal itu akan menghancurkan hubungan pribadi dengan orang tersebut. Ia mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain.
4. Tawar Menawar
- Dalam proses tawar-menawar, individu akan mengorbankan sebagaian tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan sebagian tujuannya juga.
5. Kolaborasi
- Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yagn harus diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mengurangi ketegangan kedua belah pihak. Ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah dan mencari pemecahannya yang memuaskan keduanya.
Demikian penjelasan singkat diatas, semoga bermanfaat dan terimakasih atas waktu dan kesempatan anda.
Sumber : KEMENDIKBUD
Manusia adalah individu yang unik. Jangankan manusia yang berbeda orang tua, suku, dan ras. Manusia yang lahir dalam satu rahim pun memiliki banyak perbedaan. Walaupun secara fisik sekilas sama, seperti dalam kasus bayi kembar, belum tentu pendirian dan perasaan kedua kembar tersebut sama. Perbedaan menjadi faktor penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Sebagai contoh, para siswa dalam satu kelasmu pasti berbeda tanggapannya ketika mendengar musik saat belajar. Ada yang merasa terganggu karena suara musik tersebut, ada pula yang justru merasa terhibur.
2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Orang dibesarkan dlaam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkup yang lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan bisa saja memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbda-beda. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik sosial, sebab kriteria tentang sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, atau bahkan berguna -atau tidak berguna sesuatu baik itu benda fisik maupun nonfisik bisa berbeda-beda.
3. Perbedaan Kepentingan
Sebagai contoh, Pembangunan bandara di Kulonprogo, yogyakarta. Pemerintah yakin bahwa pembangunan bandara akan meningkatkan ekonomi masyarakat. Namun, sebagaian masyarakat tidak setuju karena khawatir lahan pertanian akan hilang, ganti rugi kurang jelas, dan berbagai alasan lainnya. Peristiwa ini menggambarkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah menghadapi berbagai kelompok yang memiliki kepentingan berbeda.
Bentrokan kepentingan dapat terjadi dibidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antarkelompok atau antarkelompok dan individu.
4. Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat
Perundang-undangan atau peraturan yang sifatnya mengubah kebiasaan masyarakat biasanya dilakukan melalui berbagai kajian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya masyarakat tidak kaget dengan perubahan yang tiba-tiba terjadi. Sebagai contoh, Peraturan merokok ditempat umum. Pemerintah tidak langsung memberlakukannya diseluruh masyarakat Indonesia, tetapi dibeberapa tempat yang terbatas terlebih dahulu, lalu perlahan terus meluas dalam rangka memberi kesempatan masyarakat untuk memahami peraturan tersebut. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan menyebabkan konflik sosial. Suatu konflik memiliki kecenderungan atau kemungkinan untuk mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut.
- Akibat-Akibat Konflik Sosial
Berikut ini merupakan akibat terjadinya konflik sosial :
a. Meningkatnya Solidaritas Sesama Anggota Kelompok
- Dalam kasus peristiwa pertempuran Surabaya, para pejuang tidak menghiraukan perbedaan suku, agama, organisasi politik, dan sebagainya. Mereka bahu-membahu melawan penjajah Inggris ( Sekutu ). Terjadinya konflik dengan kelompok lain justru dapat meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok in-group solidarity ) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
b. Retaknya Hubungan Antarindividu atau Kelompok
- Konflik yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dapat menimbulkan keretakan hubungan. Keretakan tersebut dapat terjadi sementara atau permanen. Kalian mungkin pernah konflik dengan teman kalian yang menyebabkan dalam beberapa aktu tidak terjalin hubungan yang baik. Namun, karena kemudian saling menyadari kesalahan, kalian akhirnya saling memaafkan.
c. Terjadinya Perubahan Kepribadian Para Individu
- Perubahan kepribadian dapat terjadi pada kedua belah pihak yang mengalami konflik. Kedua pihak saling menyesuaikan atau justru masing-masing mempertahankan kebenaran yang diyakini.
d. Rusaknya Harta Benda dan Bahkan Hilangnya Nyawa Manusia
- Konflik yang berujung pada kekerasan fisik dapat mengakibatkan kerusakan dan hilangnya nyawa manusia. Sebagai contoh, konflik yang diakhiri dengan peperangan.
e. Terjadinya Akomodasi, Dominasi, Bahkan Penaklukan Salah Satu Pihak yang Terlibat dalam Pertikaiaan.
- Cara Menangani Konflik
1. Menghindar
- Kadang orang merasa tidak ada menfaatnya melanjudkan konflik dengan orang atau kelompok lain. Hal ini mungkin disebabkan keyakinan bahwa ia tidak akan menang menghadapi konflik. Dalam hal ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan orang lain. Orang ini berusaha menjauhi masalah yang menimbulkan konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya.
2. Memaksakan Kehendak
- Teradapat individu atau kelompok yang memandang bahwa pendapatnya atau idenyalah yang paling benar. Oleh karena itu, dengan segala cara, konfli harus berakhir dengan kemenangan dipihaknya. Karena itu, mereka berusaha menguasai lawan-lawannya dan memaksa lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting, sedangkan hubungan denga orang lain kurang begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Ia tidak peduli apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya atau tidak. Ia mengnggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara satu pihak harus menang.
3. Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang Lain.
- Terdapat individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. Ia merasa bahwa konflik harus dihindari demi keserasian ( harmoni ) dan ia yakin bahwa konflik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia khawatir apabila konflik berlanjud, seseorang akan terluka dan hal itu akan menghancurkan hubungan pribadi dengan orang tersebut. Ia mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain.
4. Tawar Menawar
- Dalam proses tawar-menawar, individu akan mengorbankan sebagaian tujuannya dan meminta lawan konflik mengorbankan sebagian tujuannya juga.
5. Kolaborasi
- Kolaborasi memandang konflik sebagai masalah yagn harus diselesaikan. Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mengurangi ketegangan kedua belah pihak. Ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai suatu masalah dan mencari pemecahannya yang memuaskan keduanya.
Demikian penjelasan singkat diatas, semoga bermanfaat dan terimakasih atas waktu dan kesempatan anda.
Sumber : KEMENDIKBUD