Tentang Mem-Baca Al-Quran di Kuburan
Baca Al-Quran di Kuburan.
Biasanya tradisi masyarakat setiap kali menjelang lebaran, selain membersihkan makam lalu berdoa, mereka juga sering menyertakanbacaan Al-Qur’an yaitu Surat Yasin dengan harapan bahwa pahala bacaan al-Quran tersebut dapat sampai kepada mayyit yang diniatkan untuk dibawacakan. Berikut ini kita akan menjelaskan pendapat para ulama mazhab tentang hal tersebut yang ulasannya adalah sebagai berikut:
![]() |
Tentang Mem-Baca Al-Quran di Kuburan |
Pendapat dari para Fuqaha berbeda mengenai hukum membaca Al-Qur’an di kuburan, berikut ini penjelasannya :
A. Hukumnya Bid'ah
Hukumnya Bid’ah membaca Al-Qur’an di kuburan. Inilah pendapat Fuqaha mazhab Hambali, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Qayyim. (Al-Mughni 2/424, Al-Furuq: 2/304, dan Mukhtashar fatawa Al-mishriyah: 266).
Alasan mereka bawha Rasulullah Saw melarang kita menjadikan rumah-rumah seperti kuburan karena tidak digunakan untuk shalat dan tidak dibacakan Al-Qur’an. Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda :
“ Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sungguh setan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR Muslim: kitabu shalatil musafirin: 1/39)
B. Hukumnya Makruh
Hukumnya Makruh membaca Al-Qur’an di kuburan. Ini pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, menurut salah satu riwayat. Alasan mereka karena kuburan itu najis sehingga makruh membaca Al-Qur’an di tempat yang najis. (Majma’ul anhar: 2/552, Fatawa Qadhi Khan: 1/162, dan Syarhul Kabir: 1/423)
C. Hukumnya Mubah.
Hukumnya mubah membaca Al-Qur’an di kuburan. Ini pendapat Muhammad bin Al-Hasan dari fuqaha mazhab Hanafi, sebagian fuqaha mazhab Maliki, dan sebagian fuqaha mazhab Hambali. Fatawa Qadhi Khan: 1/162, Majma’ul Anhar: 2/552, dan Syarhul Kabir: 1/423
Mereka berdalil dengan hadits dha’if yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang meriwayatkan bahwa :
“ Barang siapa yang berziarah ke makam dua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat dan membaca surat Yasin di sisinya maka dosanya akan diampuni Allah k.” (Ibnu Adi, Al-Kamil: 5/1801)
D. Hukumnya Sunnah.
Sunah hukumnya membaca Al-Qur’an di kuburan. Ini menurut pendapat Imam Syafi’i, para sahabat dan Imam Ahmad. (Al-Majmu’: 5/294, Raudhatut Thalibin: 2/139, dan Al-Furu’: 2/304)
عن علي بن موسى الحداد قال: كنت مع أحمد بن حنبل ومحمد بن قدامة الجوهري في جنازة، فلما دفن الميت جلس رجل ضرير يقرأ عند القبر، فقال له أحمد: يا هذا إن القراءة عند القبر بدعة.
فلما خرجنا من المقابر قال محمد بن قدامة لأحمد بن حنبل: يا أبا عبد الله ما تقول في مبشر الحلبي؟
قال: ثقة.
قال: كتبت عنه شيئا؟
قال: نعم.
قال: فأخبرني مبشر عن عبد الرحمن بن العلاء بن الحجاج عن أبيه أنه أوصى إذا دفن أن يقرأ عند رأسه بفاتحة البقرة وخاتمها، وقال: سمعت ابن عمر يوصى بذلك.
فقال له أحمد: فارجع وقل للرجل يقرأ.
(الروح، صـ 17، ابن القيم، طبع دار أبي بكر الصديق، الأسكندرية، بدون تاريخ).
Diriwayatkan dari Ali bin Musa al-Haddâd, ia berkata,
“Saya bersama Imam Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Qudâmah al-Jauhari pada suatu penyelenggaraan jenazah. Ketika mayat dikebumikan, seorang laki-laki buta membaca al-Qur’an di sisi kubur. Imam Ahmad berkata kepadanya, “Wahai kamu, sesungguhnya membaca al-Qur’an di kubur itu bid’ah!”.
Ketika kami keluar dari pemakaman, Muhammad bin Qudâmah berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “Wahai Abu Abdillah, apa pendapatmu tentang Mubasysyir al-Halabi?”.
Imam Ahmad menjawab, “Ia seorang periwayat yang Tsiqah (terpercaya)”.
Muhammad bin Qudamah bertanya lagi, “Apakah engkau pernah menulis hadits darinya?”.
Imam Ahmad menjawab, “Ya”.
Muhammad bin Qudâmah berkata, “Mubasysyir memberitahukan kepadaku, ia riwayatkan dari Abdurrahman bin al-‘Alâ’ bin al-Hajjâj, dari Bapaknya, bahwa ia berwasiat, apabila ia dimakamkan, agar dibacakan awal dan akhir surat al-Baqarah pada bagian kepalanya. Ia berkata, “Aku mendengar
Ibnu Umar berwasiat seperti itu”.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Kembalilah, katakanlah kepada laki-laki (buta yang membaca al-Qur’an) itu agar melanjutkan bacaan (al-Qur’an)nya”.
(Ar-Rûh, Ibnu al-Qayyim, halaman: 17, cet. Dar Abi Bakr ash-Shiddîq, al-Iskandariyah, tanpa tahun).
Demikian ulasan diatas, semoga bermanfaat dan semoga dapat menjadi pencerah untuk kita semua saudara seiman. terimakasih.
Sumber :
Somadmaroko.blogspot.com.
Kiblat.net.