Waktu Terjadinya Lailatul Qadar Menurut Hadits
Lailatul Qadar Menurut Hadits
Salam sahabat muslim sekalian dimanapun berada, berikut kita akan mengulas tentang keutamaan dan kapan terjadinya lailatul qadar di bulan suci ramadhan dengan harapan dapat memberikan antum sekalian ilmu yang bermanfaat dan dapat diamalkan dalam kehidupan antum dan juga terutama kepada diri pribadi saya. Untuk jelasnya mari kita simak ulasan singkat berikut ini.
- Didalam Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa Abdullah ibn Umar ra, menerangkan satu riwayat yang artinya :
" Bahwasanya ada beberapa orang sahabat Nabi bermimpi mendapat Lailatul Qadar, pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Maka Rasulullah Saw, bersabda : " saya pun bermimpi seperti itu. Malam itu pada tujuh hari yang akhir. Karena itu barang siapa ingin benar mencarinya, hendaknya mencarinya pada tujuh hari terakhir dalam bulan Ramadhan." (H.R Bukhari 32:2 dan Muslim 13:40).
- Selain itu, Abu Said Al Khudry juga berkata yang artinya :
" Kami beriktikaf bersama-sama Nabi. pada puluhan yang kedua dari bulan Ramadhan. maka Nabi keluar dari iktikafnya pada pagi hari kedua puluh. kemudian berkhutbah di hadapan kami. beliau berkata : " Aku pernah bermimpi tentang malam Lilatul Qadar, lalu kemudian aku dijadikan lupa. Karena demikian carilah malam itu pada puluhan hari yang akhir, pada malam - malam ganjilnya. Aku bermimpi bahwa aku bersujud diatas air dan tanah. Barang siapa beriktikaf bersama Rasulullah Saw, maka hendaklah ia kembali. Mendengar itu kami pun kembali. Kami kembali dan tidak melihat awan barang sepotong dilangit. sejurus kemudian datanglah awan dan turunlah hujan hingga menetes-neteslah air di atas atap masjid. Atap masjid dibuat dari pelepah kurma dan shalat pun diiqamahkan. Karena itu aku lihat Rasulullah Saw bersujud di atas air dan tanah, hingga nampaklah kepadaku bekasan tanah di dahinya." ( H.R AL - Bukhari dan Muslim ).
- Abu Said Al Khudry ra, berkata lagi yang artinya :
" Rasulullah Saw. beriktikaf (dalam masjid) dalam bulan Ramadhan pada puluhan yang kedua. Maka di ketika beliau menempuh petang hari kedua puluh menghadap malam kedua puluh datu, beliau pun kembali ketempatnya dan orang-orang beriktikaf besertanya pun kembali. Dan beliau beriktikaf dalam bulan, pada malam yang dahulu beliau kembali ke rumah. Kemudia beliau berkhutbah di hadapan manusia. Beliau menyerukan apa yang Allah kehendaki. Pada akhirnya beliau berkata : " Aku bernah beriktikaf pada puluhan ini, kemudian nyata kepadaku, supaya aku beriktikaf pada puluhan yang akhir. Maka barang siapa telah beriktikaf bersama-samaku, hendaklah ia tetap di tempat iktikafnya. Aku bermimpi malam Al Qadar, kemudian aku telah dijadikan lupa. Karena itu carilah malam Al Qadar pada puluhan yang akhir dan carilah pada tiap-tiap malam ganjil. Aku pernah bermimpi bersujud di atas air dan tanah. Sebentar kemudian terdengarlah bunyi guruh pada malam itu dan turunlah hujan, hingga menetes-netes air hujan dari atas masjid ke tampat Nabi bershalat pada malam 21. Mataku melihat Nabi. Aku melihat Nabi kembali dari shalat Shubuh, sedang mukanya penuh tanah dan air." ( H.R Al Bukhari dan Muslim).
- Aisyah ra, juga berkata yang artinya :
" Rasulullah Saw. beriktikaf pada bulan puluhan yang akhir bulan Ramadhan dan berkata : " Carlah Lailatul Qadar pada puluhan yang akhir dari bulan ramadhan." ( H.R Al Bukhari dan Muslim ).
Terdapat beberapa sahabat Nabi yang melihat dalam mimpinya bahwa malam Lailatul Qadar itu jatuh pada tujuh hari terakhir bulan ramadhan. Rasulullah juga menerangkan bahwa beliau juga mendapatkan mimpi yang sama. Maka dari itu, mereka ingin memperoleh Lailatul Qadar, maka hendaklah bersungguh-sungguh dengan segala ketekunannya mencari malam itu pada tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Para ulama mengatakan : " Dinamai malam itu, malam Lailatul Qadar karena pada malam itu ditulis segala rupa Qadar (ketentuan-ketentuan, rezeki, dan ajal) yang terjadi dalam tahun itu. Daftar tersebut diberikan kepada malaikat." Jelasnya, pada malam itu ditampakkan kepada para malaikat apa yang terjadi pada tahun itu dan diperintahkan kepada mereka apa yang harus mereka kerjakan dalam tahun itu.
Ada pula yang berkata : " Dinamai Lailatul Qadar karena besar nilainya, besar kemuliannya." Jumhur ulama sepakat menetapkan bahwa malam Lailatul Qadar secara terus menerus ada, hingga akhir masa, bukan sudah tidak ada lagi, mengingat beberapa hadits shahih yang menetapkan keberadaannya.
Al Qadhi Iyadh mengatakan : " Para ulama berselisih pendapat tentang masa terjadinya Lailatul Qadar." . Ada yang mengatakan : " malam itu berpindah-pundah. Pada tahun ini di malam ini, kemudian pada tahun kemudian di malam lainnya." Dengan demikian dapatlah kita kumpulkan segala hadits yang berkenaan dengan masalah ini. Demikian pendapat Malik, Ats Tsaury, Ishak, Abu Tsaur dan lainnya. Mereka berpendapat bahwa : " Malam Lailatul Qadar berpindah - pindah dalam puluhan malam yang akhir dari bulan Ramadhan." ada yang berkata : " Dalam seluruh bulan Ramadhan. Ada pula yang mengatakan : " Malam tersebut tertentu pada suatu malam saja tidak berpindah-pindah." Demikian pendapat Ibnu Mas'ud dan Abu Hanifah.
Menurut pandangan Jumhur ulama, Ibnu Umar dan segolongan sabahat bahwa malam Lailatul Qadar, terjadinya disalah satu malam dalam bulan Ramadhan. Dalam pada itu ada juga yang berkata : " pada puluhan yang pertengahan dan puluhan yang terakhir." Ada yang mengatakan : " Pada puluhan yang akhir."
Ada pula yang mengkhususkan dengan malam-malam ganjil dari dari puluhan yang akhir. dan ada yang mengkhususkan dimalam-malam yang genapnya. Juga ada yang mengatakan : " dimalam 23 atau 27." (Ibnu Abbas). Ada yang mengatakan : " malam 17 atau 21, atau 23." ada pula yang mengatakan malam 24." Dan ada pula yang mengatakan malam yang akhir di bulan ramadhan.
Para sahabat beriktikaf bersama-sama Nabi Saw pada puluhan kedua dari bulan Ramadhan untuk mancari Lailatul Qadar, sebelum Nabi Saw mengetahui kapan terjadinya malam itu. Kemudian diterangkan kepada Nabi Saw bahwa malam itu terjadi di puluhan yang akhir.
![]() |
Waktu Terjadinya Lailatul Qadar Menurut Hadits |
Al Bukhari berkata : " Al Humaidy berhujjah dengan hadits Abu Said Al Khudry ini, untuk menetaplan bahwa menurut sunnah tidak dibolehkan orang yang sedang bershalat menyapu benda yang melekat didahinya.". Demikianlah seharusnya kalau benda yang terletak di dahi itu kecil atau hanya sedikit. Tetapi jika banyak akan mengahalangi bertemunya dahi dengan tempat sujud, tentunya boleh kita menyapunya.
Sebabnya Nabi Saw lupa malam Lailatul Qadar yang telah beliau mimpikan itu dijelaskan oleh riwayat Abadah ibn Shamit. Beliau mengatakan : " Nabi Saw datang kepada kami untuk mengabarkan mimpinya tentang malam Lailatul Qadar." Akan tetapi sebelum Nabi Saw menerangkan itu, Nabi Saw disibukkan oleh dua orang yang bertengkar, yaitu Abdullah ibn Hadrad dan Ka'ab ibn Malik. Kemudian setelah beliau menyelesaikan pertengkaran mereka, beliau berkata : " Saya datang untuk menerangkan malam Lailatul Qadar. Tetapi di tengah jalan saya disibukkan oleh sifulan dan sifulan. Lantaran itu saya jadi lupa tentang tanggalnya. Tetapi boleh jadi kelupaan itu membawa kebaikan bagimu. Carilah dia dimalam yang kesembilan, malam yang ke 7, dan malam yang kelima (malam ke 29, ke 27 dna ke 25)."
AL Hafizh berkata : " kita memperoleh empat puluh macam pendapat dalam menentukan malam Lailatul Qadar, sebagaimana kita memperoleh sekian banyak pula pendapat ulama dalam menetukan saat ijabah hari Jum'at." . Ibnul Araby berkata pula : " kita tidak dapat menetukan malam Lailatul Qadar itu." . Imam An Nawawy mengatakan kita mungkin mengetahuinya.
Menurut pendapat yang paling rajih, ialah yang menetapkan Lailatul Qadar terjadi dalam malam-malam ganjil dari puluhan yang akhir. Yang paling dapat di harap terjadinya ialah malam ke 21 (menurut imam As-Syafi'y), atau malam ke 27 (menurut Jumhur).
Zaid ibn Tsabit menetapkan bahwa malam Lailatul Qadar itu adalah pada malam ke 17 Ramadhan. Para Ulama berselisih pendapat tentang adanya tanda-tanda yang dapat dilihat oleh orang yang mendapat taufiq memperoleh malam itu. Ada yang mengatakan bahwa tanda itu, ialah kita dapat melihat apa saja yang kita lihat tidak bersujud.
Ada pula yang mengatakan : " kita melihat sinar terang menderang menerangi tempat-tempat yang gelap.". Ada pula yang mengatakan : " Kita mendengar salam atau tutur kata malaikat." . Ada juga yang mengatakan : " Tandanya, ialah diterima doa mereka yang mendapat malam itu." . Ath Thabary berpendapat bahwa tidak lazim diperoleh tanda-tanda itu oleh orang yang mendapatkannya. Siapa saja yang beribadah pada malam itu, mendapat pahalanya, walaupun tidak nampak suatu tanda."
Menurut Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalany, pahala yang lengkap sempurna hanya diperoleh oleh siapa yang dapat meyakini bahwa malam itu malam Lailatul Qadar. Adapun pada umumnya, pahala tentu saja diperoleh oleh siapa saja yang kebetulan beribadah di malam itu walaupun tidak yakin bahwa malam itu malam Al Qadar.
Dari sekian banyak Hadits dan pendapat para sabahat dan pada jumhur ulama diatas, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa Hadits- Hadits ini menyatakan bahwa besar kemungkinan malam Lailatul Qadar itu terjadi pada salah satu malam yang ganjil dan puluhan yang terakhir di bulan suci Ramadhan. Dan menunjukkan bahwa Nabi Saw beserta para sabahatnya beriktikaf pada puluhan malam yang akhir dari bulan Ramadhan untuk mencari malam Lailatul Qadar.
Dapat pula difahami dari hadits-hadits ini bahwa kejadian persis seperti yang dilihat dalam mimpi. Hikmah Tuhan menyembunyikan malam Lailatul Qadar, ialah agar supaya kita terus menerus berusaha untuk mencarinya.
Demikian ulasan singkat tersebut diatas, semoga bermanfaat dan terimakasih.
Sumber : Mutiara Hadits
Penulis : Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy.