Dampak Kegagalan Sistem Pendidikan di Indonesia
Sistem Pendidikan di Indonesia sebagai pendidikan umum serta pendidikan nilai di Indonesia pada masa sekarang ini nyaris mengalami kegagalan.
Pada dasarnya pendidikan umum di Indonesia merupakan hal yang seharusnya tidak tergolong gagal sebab sistem pendidikan tersebut dikelolah oleh para profesional didunia pendidikan.
Lalu jika dikatakan gagal, maka apa penyebab dari kegagalan sistem pendidikan di Indonesia tersebut?. berikut uraiannya.
Dikutip dari Kompasiana.com, menyatakan bahwa pendapatan perkapita suatu penduduk serta jumlah pengangguran yang tinggi disuatu negara cukup dipengaruhi oleh sistem pendidikannya dengan cara mengoptimalkan prestasi belajar para peserta didiknya.
Hal ini telah diakui oleh dunia melalui sudut pandang sistem pendidikan negara Finlandia yang telah meraih predikat sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik dunia.
Pendidikan Nasional dan Sistem Pendidikan Nasional merupakan seluruh komponen pendidikan yang saling terkait secara padu berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai - nilai agama, budaya dan sebagai tanggapan terhadap perubahan zaman untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia.
Pendidikan Nasional dalam Undang - Undang NO.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta dapat menjadi seorang warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat indonesia dengan tatanan kehidupan yang sesuai dengan amanat proklamasi Indonesia melalui proses pendidikan merupakan Visi Makro Pendidikan Nasional di Indonesia.
Baca juga: Peranan dari Filsafat Pendidikan.
New Indonesian People ini harus memiliki sikap serta wawasan keimanan dan akhlak yang tinggi, merdeka dan demokrasi, toleransi serta menjunjung tinggi hak asai manusia serta berpengertian dan berwawasan global.
Sedangkan Visi Mikro pendidikan nasional Indonesia, yaitu terciptanya individu - individu baru dengan sikap serta berwawasan keimanan dan akhlak yang tinggi, merdeka, demokratis, toleran dan menjunjung hak asai manusia, pengertian dan memiliki wawasan yang global.
Menuju Masyarakat madani merupakan Misi Makro Pendidikan Nasional.Di bidang pendidikan, penyelenggaraan organisasi dalam pelaksanaan pendidikan yang otonom, luas tapi adatif dan fleksibel, terbuka serta berorientasi pada kebutuhan dan kepentingan bangsa.
Keseimbangan wewenang dan keterlibatan masyarakat telah berkembang dengan alami.Pendidikan telah menyelenggarakan kehidupan masyarkat yang bewawasan global, berkomitmen nasional serta bertindak secara lokal terhadap keunggulan dan menjadikan lembaga pendidikan sebagai sentral peradaban.
Pemberdayaan organisasi dalam proses pelaksanaan pendidikan merupakan Misi Mikro Pendidikan Nasional jangka menengah, yang luas dan otonom, sehingga dapat menampung kebutuhan masyarakat dalam bermacam situasi, pelaksanaan proses pendidikan dilakukan secara terbuka dengan tujuan untuk memperoleh masukan dari masyarakat.
Pelaksanaan proses pendidikan dilakukan melalui jenjang kewenangan yang telah dibagi dengan partisipasi yang besar dari masyarakat dan diselenggarakan dengan menanamkan motivasi keunggulan dalam menyikapi tantangan global serta berusaha agar lembaga pendidikan menjadi sentral peradaban.
Dari pernyatan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa visi dan misi dari pendidikan nasional adalah para siswa atau peserta didik harus bisa menghadapi tantangan global. Sayangnya, pernyataan tersebut hanyas sebatas seremonial belaka yang tidak terealisasikan.
Baca juga: Filsafat Pendidikan Prgresivisme.
Penyebab Kegagalan Sistem Pendidikan Indonesia.
Hal dibuktikan dengan masih tingginya tingkat pengangguran intelektual di Indonesia dan menjadi pekerjaan rumah untuk para pendidik di Indonesia apa lagi jika peserta didiknya hanya mengenyam bangku pendidikan dasar(SD).
Mereka yang belajar dari alam seperti masyarakat yang hidup di pedalaman seperti suku dayak dalam bahkan tidak tersentuh pendidikan nasional sehingga pengetahuan yang dimiliki juga terbatas.
Hal inilah yang menjadi pemicu ungkapan bahwa pendidikan nasional belum bahkan tidak merata sehingga dicap sebagai sistem pendidikan yang gagal.
Bagitu pula dengan metode pembelajaran disekolah dimana para peserta didik hanya sekedar duduk dan menyimak gurunya dan menyimpan informasi yang bertumpuk dalam pikiran dan benak mereka tanpa tahu harus diapakan.
Tak terkecuali dalam tingkatan yang lebih tinggi seperti di perguruan tinggi yang lebih focus tentang bagaimana agar para mahasiswanya cepat wisuda dan segera bekerja meski pada kenyataannya justru sebaliknya.
Baca juga: Filsafat Pendidikan Idealisme.
Bisa dikatakan bahwa “hampir” seluruh perguruan tinggi menerapkan sistem ini, padahal kita sudah semua tahu bahwa pesaingan prodak dunia dan industri masa depan secara terus menerus menciptakan kreasi dan nilai tambah produknya.
Namun apa yang dilakukan justru para peserta didik tidak diajarkan untuk berkompetisi dalam berkreasi produk melainkan hanya diajarkan tentang pemainan kompetisi tes tertulis, angka dan kalimat.
Kompetisi cerdas cermat mungkin mereka hebat namun dalam hal berkarya sangat jarang terjadi sebab mereka hanya diperhadapkan dengan teks dan ujian tertulis.
Secara umum, bisa kita lihat bahwa lulusan dari perguruan tinggi pun juga masih sangat banyak yang memiliki nilai keterampilan yang rendah sehingga masih dibutuhkan ektrakurikuler soft skill supaya mereka lulusan yang memiliki nilai tambah.
Banyak pelatihan ekstra dalam dunia internasional yang dilakukan dalam 5 hari kerja saja namun dapat memberikan pengetahuan tambahan yang sangat bernilai.
Baca juga: Filsafat Pendidikan Eksistensialisme.
Orang – orang dengan kehidupan yang sederhana bahkan miskin sekalipun bisa memperoleh pengharagaan (prestice of life) di depan publik yang dari hal tesebut, orang – orang berbondong – bondong untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin.
Dengan era persaingan global dan globalisasi di Indonesia yang terus melaju cepat maka tentunya Indonesia akan menjadi bagian yang ikut mengambil andil didalamnya.
Mau atau tidak, perubahan tersebut pasti akan dihadapi sehingga manusia juga harus mempersiapkan diri dalam hal meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikannya baik di dalam dan di luar negeri.
Meski cara tersebut telah ditempuh hingga harus keluar negeri untuk belajar, namun kenyataannya masih saja terdapat sarjana hebat yang menganggur sebab semakin tinggi pendidikannya maka semakin tinggi pula ekspektasi pekerjaan yang diinginkannya.
Hal ini pula yang membuat para kaum terdidik menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan bagi sarjana yang sudah mendapatkan pekerjaan pun juga masih bisa terancam PHK mengingat situasi ekonomi Indonesia yang terpuruk.
Baca juga: Filsafat Pendidikan Esensialisme.
Krisis global yang semakin mengkronis kepada kapitalisme berimbas pada semakin meningkatnya angka pengangguran.
Kesimpulan Gagalnya Sistem Pendidikan Indonesia.
Dari penjelasan diatas maka dapat kita mengambil kesimpulan bahwa penyebab kegagalan pendidikan karakter dalam sistem pendidikan di Indonesia terjadi karena para peserta didik hanya di didik dengan sistem penghapalan.
Dengan tujuan agar mereka dapat menguasai materi yang dinilai dalam kemampuan peserta didik dalam menjawab soal – soal ujian terutama soal pilihan ganda yang menjadi orientasi agar bisa mendapatkan nilai yang baik.
Baca juga: Filsafat Pendidikan Pragmatisme.
Jika hal tersebut terus berulang maka bagaimana mata pelajaran bisa bedampak perubahan perilaku peserta didik?
Selain itu, sistem pendidikan di Indonesia yang belum merata antara mereka yang hidup di kota dan meraka yang hidup di pedalaman juga menjadi Pekerjaan Rumah tersendiri yang hingga saat ini belum ada solusi.
Salah satu bentuk lain dari kegagalan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan untuk bisa sekolah dan itu fakta.